Keterbukaan China Terhadap Investor Yang Sadar Akan Uang Tunai Telah Memperlambat IHSG

Jakarta – Bursa Indonesia bersuara lantang terkait Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menunjukkan koreksi hingga akhir Januari 2023.
Direktur Senior BEII, BEIIman Rachman, mengatakan IHSG turun 0,16% di bulan Januari 2023.
baca juga
“IHSG turun 0,16% di awal tahun dibanding tahun lalu,” kata Eman dalam rapat manajemen BEI yang ditulis pada Jumat (2 Maret 2023).
Eman menjelaskan, penurunan indeks tersebut karena aksi ambil untung investor dan dibukanya kembali ekonomi China. Penyebab penurunan indeks tersebut karena fundamental ekonomi Indonesia pada tahun 2023 hampir tidak akan berubah.
“Banyak investor yang meraup untung dari BEI dan mengalokasikan uangnya ke bursa, yang tahun lalu sama sekali negatif. Alasan lain penurunan IHSG adalah dimulainya kembali aktivitas ekonomi China. Ini akan mempengaruhi banyak indikator ekonomi Indonesia. ” katanya .
Padahal, pada akhir tahun lalu, BEI menjadi salah satu bursa yang positif, tumbuh 4,1%.
“Beberapa bursa yang positif adalah bursa seperti Hong Kong yang mengalami penurunan signifikan pada akhir tahun lalu,” katanya.
Namun demikian, BEI cukup optimis bahwa pasar saham Indonesia akan tumbuh di masa mendatang, sejalan dengan proyeksi pertumbuhan PDB pada tahun 2023.
“Kami melihat apa yang terjadi di BEI saat ini lebih bersifat ephemeral, begitu juga metrik lain yang turun, seperti kapitalisasi pasar, volume perdagangan, jumlah perdagangan dan frekuensi,” ujarnya.
Di sisi penerbitan, per 31 Januari 2023, terdapat 10 perusahaan baru yang sahamnya tercatat di BEI. Oleh karena itu, BEI menargetkan mencatatkan 57 perusahaan di bursa tahun ini.
Dengan demikian, total perusahaan yang tercatat di bursa BEI adalah 835 perusahaan. Target akhir tahun ini sebanyak 57 perusahaan, naik dari target tahun lalu sebanyak 56 perusahaan. Pada akhir tahun 2022, sebenarnya jumlah emiten mencapai 59 perusahaan.
Tingkat pertumbuhan emiten di Indonesia selama lima tahun terakhir mencapai 45,8%, tertinggi di antara kawasan. Dari segi angka di ASEAN, mereka hanya kalah dari Malaysia.
“Per 31 Januari 2023, jumlah investor di pasar modal telah meningkat menjadi S$10,4 juta, dimana 4,5 juta adalah investor ekuitas. Pada akhir tahun lalu, ada 10,3 juta dan ada 4,4 juta investor ekuitas. Jadi begitulah investor saham,” kata Iman menambahkan 100.000 investor baru dalam satu bulan.
Sementara itu, tingkat pertumbuhan investor pasar modal tahun ini ditargetkan naik 35% dari 10,3 juta atau sekitar 13 juta.
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan sebanyak 38 perusahaan sedang dalam proses mencatatkan sahamnya di BEI hingga 2 Februari 2023.
I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian Korporat BEI, mengatakan dari 38 perusahaan potensial itu, masuk berbagai sektor, antara lain terkait teknologi, transportasi, dan logistik.
“Sampai Januari sudah ada 11 perusahaan yang go public, jadi ada 38 perusahaan dalam pipeline,” kata Neumann dalam rapat manajemen BEI, Kamis, 2 Februari 2023.
Di dalam pipeline ada PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak usaha BUMN.
“Saya tidak sengaja IPO elektronik dan kemarin ada pubex Pertamina Geothermal Energy dan saya bisa resmi go public”
Dengan demikian, calon emiten cryptocurrency PGEO mendekati proses pencatatan saham BEI. Berikut 10 perusahaan yang akan berbicara di BEI dalam waktu dekat.
Sedangkan per 31 Januari 2023, 10 perusahaan baru telah mencatatkan sahamnya di BEI. BEI menargetkan mencatatkan 57 perusahaan di bursa tahun ini.
Sehingga total jumlah perusahaan yang tercatat di bursa BEI telah mencapai 835 perusahaan. Target akhir tahun ini sebanyak 57 perusahaan, naik dari target tahun lalu sebanyak 56 perusahaan. Untuk mencapai jumlah perusahaan yang terdaftar di bursa efek. Chairman Peiman Rachman mengatakan hingga akhir tahun 2022 sudah mencapai 59 perusahaan.
Tingkat pertumbuhan emiten di Indonesia selama lima tahun terakhir mencapai 45,8%, tertinggi di antara kawasan. Dari segi angka di ASEAN, mereka hanya kalah dari Malaysia.