JD.Com Putuskan Hengkang Dari Pasar Asia, Di Indonesia Miliki Peringkat Terbelakang

Laporan oleh jurnalis Namira Ionia Listante
BEIJING — Raksasa e-commerce Cina JD.com yang berbasis di Beijing berencana untuk keluar dari pasar Asia, sebuah pernyataan yang dirilis setelah JD.com melaporkan penurunan penjualan dari anak perusahaannya yang ada di Indonesia dan Thailand.
Keluarnya JD.com dari Indonesia dan Thailand karena penjualan e-commerce di kedua negara tersebut terus menurun selama delapan tahun terakhir.
Situs web berita lokal SCMP mencatat bahwa saat ini biaya perusahaan lebih dari 10 miliar yuan (sekitar US$1,39 miliar) untuk memperluas ke dua pasar.
Usaha patungan JD.com di Thailand, JD Central, merugi sekitar 1 miliar yuan dari 2017 hingga 2021.
Sementara di Indonesia, anak perusahaan JD.com, JD.id, berada di peringkat terbawah karena kalah bersaing dengan raksasa e-commerce Singapura seperti Shopee dan Lazada Group.
Kemunduran tersebut kemudian menandakan perlambatan pertumbuhan industri e-commerce di kedua negara yang dipengaruhi oleh inflasi akibat kenaikan harga barang impor dan BBM. Konsumen Asia Tenggara juga mulai mengurangi pengeluarannya untuk berbelanja.
Situasi ini akan menyebabkan JD berjuang dengan pertumbuhan pendapatan pada tahun 2022.
Khawatir situasi tersebut akan semakin membebani perusahaan, raksasa e-commerce China itu akhirnya memutuskan untuk menarik diri dari dua perusahaan patungannya di Asia Tenggara mulai tahun 2023.
JD.com membekukan perekrutan dan pemotongan staf awal tahun ini dengan merumahkan lebih dari 200 karyawan yang mengambil langkah-langkah pemotongan biaya di tengah gejolak ekonomi makro sebelum memutuskan untuk meninggalkan pasar Asia.
Setelah go public di dua anak perusahaannya, JD.com berencana untuk fokus mempertajam dan memperkuat bisnisnya di pasar China, mengingat JD.com hanya membukukan laba bersih 100% di kuartal ketiga tahun 2022. . 6 miliar yuan setelah defisit 2,8 miliar yuan selama periode yang sama.